Jakarta Siaga 112, Menolong Dalam Tantangan

03 Mar

Jakarta Siaga 112, Menolong dalam Tantangan

 Pagi itu Ibu Vivi, warga Jakarta Barat mendapati Ibunya yang berusia 73 tahun terjatuh di dalam rumah. Ia bingung harus bagaimana, saat hanya ada asisten rumah tangga di rumah. Dalam keadaan panik, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menghubungi Rumah Sakit terdekat, untuk meminta bantuan Ambulans.  Sayangnya seluruh ambulans yang ada pun tengah menjalankan tugas.  Untung saja pihak RS menyarankan untuk menghubungi 112.

 Sebelumnya, Ia sama sekali tidak tahu ada layanan Jakarta Siaga 112.  Namun saat itu tidak ada pilihan lagi, nasib sang Ibu benar-benar memerlukan penanganan medis.  Tak sampai 20 menit setelah ditelpon, ambulans 112 lengkap dengan petugas dan para medis berseragam datang ke lokasi. “Cepat sekali” pikir Ibu Vivi.

 Rumah orang tuanya memang ada di daerah Taman Sari, Jakarta Barat yang dikenal dengan pemukiman padat. Bahkan untuk masuk, harus melewati gang sempit yang hanya dapat dilewati satu sepeda motor, sehingga ambulans harus diparkir cukup jauh.  Belum lagi menuju ke lokasi, jalanan selalu padat apalagi di jam-jam sibuk seperti pagi itu.

 Petugas ternyata telah mengantisipasi hal itu. Gerak cepat dilakukan, hingga tandu pun telah disiapkan. Setelah mengecek kondisi pasien, manusia memang hanya bisa berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan dapat berkendak lain. Ternyata Ibunda penelepon memang telah tiada sejak beberapa menit setelah Ibu Vivi menghubungi 112. Serangan jantung diprediksi sebagai penyebabnya.

 Saat itu, Ibu Vivi hanya bisa ikhlas dan pasrah atas kepergian Ibunda. Namun, bagaimana pun kejadiannya, Ia sangat mengapresiasi pertolongan 112.  Ibu Vivi menyaksikan sendiri bagaiman mereka bekerja dengan cekatan untuk memastikan keadaan sang Ibunda. Ketika tahu, nyawanya tidak tertolong, jenazahnya pun dirapihkan hingga siap dibawa ke Rumah Duka. Semua dilakukan tanpa bayaran sepeser pun.

 ***

Di Jakarta yang memiliki  persoalan sangat kompleks, layanan tanggap darurat menjadi salah satu unsur paling krusial. Seperti di film-film Amerika, pertolongan 911 akan tiba dalam hitungan menit jika terjadi hal-hal yang dapat membahayakan jiwa penduduknya. Bukan cuma penduduk, bahkan 911 pun bisa membantu mengatasi masalah pada hewan peliharaan.

 Ibukota negara ini memang belum memiliki pelayanan sesempurna 911, namun keberadaan berbagai kanal pengaduan setidaknya membuat Jakarta memastikan diri menuju ke arah itu. Aplikasi Qlue telah diperkenalkan lebih dulu, kemudian Oktober 2016 lalu, layanan Jakarta Siaga 112 pun diluncurkan. Contact Center ini menjembatani seluruh masyarakat Jakarta yang perlu bantuan kedaruratan tanpa perlu menginstal berbagai aplikasi. Nomornya pun mudah diingat dan akan menjadi nomor kedaruratan nasional.  Nomor ini pun bisa dihubungi tanpa pulsa, bahkan dapat dihubungi tanpa simcard sekalipun.

 Saat ini, Jakarta Siaga 112 berada dibawah kendali Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Bentuk layanannya berorientasi pada pengaduan masyarakat pada masalah-masalah kedaruratan seperti medis, kebakaran, keamanan, kecelakaan, bencana, dan kasus-kasus emergency lainnya. Sebelumnya, layanan gawat darurat di Jakarta masih dilaksanakan oleh setiap Satuan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) masing-masing. Seperti 118 untuk ambulans, 119 untuk SPGDT/Medis, 113 untuk Pemadam Kebakaran dan 110 untuk layanan Kepolisian. Adanya 112, mengakomodir masyarakat untuk tidak perlu repot-repot menghapal sekian banyak nomor.

 Apa istimewanya 112 Jakarta dibanding daerah lain? Yang pertama, jelas karena masyarakat yang dilayani mencapai lebih dari 6 juta jiwa, kedua wilayah geografis yang sangat luas belum lagi kemacetan yang menjadi tantangan tersendiri untuk menolong secara cepat dan tangkas.  Tidak mudah memberikan pelayanan yang paripurna di tengah kota yang sedang banyak membangun infrastruktur belum lagi banyak peristiwa-peristiwa di jalanan yang dapat mempengaruhi pelayanan 112.

 “Kami masih terus berbenah dan masih jauh dari sempurna. Ke depan, Jakarta Siaga 112 harus meyakini makin banyak masyarakat yang terlayani dengan Key Perfomance Indicator (KPI) yang makin cepat” ujar Bapak Husein Murad, Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta.

 Saat ini, Jakarta Siaga 112 masih menjadi bagian dari BPBD DKI Jakarta, namun ke depannya Pemda DKI bertekad menjadikan layanan darurat ini dalam payung sendiri. Ini menunjukkan keseriusan Pemerintah melayani masyarakatnya.

 Dalam tim Contact Center Jakarta Siaga 112 saat ini telah ada setidaknya 40 orang yang bekerja dengan sistem shift. Seperti daerah lain yang telah mengaplikasikan 112, seluruhnya memang terintegrasi dengan dinas-dinas terkait.  Tim ini bekerja 24 jam non stop, 7 hari seminggu. Siapapun pasti akan dilayani, walaupun bukan penduduk Jakarta selama peristiwa darurat terjadi di wilayah administrasi DKI Jakarta.

  • 03 Mar, 2017
  • 168Solution Public Class

Share This Story