Mengapa Tidak Perlu Menjadi Yang Terbaik?

22 Jun

Mengapa Tidak Perlu Menjadi yang Terbaik?

Awal Bulan Mei 2018 saya mengikuti workshop data analisis yang konon didominasi laki-laki. Beruntung, kali ini saya bergabung di workshop yang diselenggarakan hanya untuk wanita. Lho, kok kenapa hanya wanita? Alasannya bukan hanya untuk kesetaraan gender, tapi sudah ada banyak literatur yang membahas perbedaan pola pikir antara pria dan wanita, dan organisasi ini mendorong agar lebih banyak perempuan mau belajar dan berkarir sebagai analis agar bisa memperkaya sudut pandang hasil analisa.

Di event tersebut narasumber berusaha membuat interaksi kepada para peserta dengan banyak memberikan pertanyaan, saya memperhatikan beberapa hal:

  • Ketika ditanya kenapa ikut workshop ini? Sedikit peserta yang mengangkat tangan dan memberikan pendapat.
  • Di sesi tanya jawab tentang apa kesimpulan yang kamu dapat jika melihat slide ini? Lagi-lagi tidak banyak peserta yang menjawab

Kejadian di atas banyak ditemui ketika saya ikut seminar, training atau workshop.

Pertanyaannya, kenapa kita sungkan untuk berbicara?

Apa karena kita takut jika ternyata jawaban yang disampaikan salah?

Atau mungkin karena kita selalu dituntut selalu benar dan menjadi yang terbaik? Jadi kalau salah, kita jadi malu.

Bagaimana jika berpikir terbalik, "Ya tidak ada-apa jika salah, yang penting berani dulu, jika salah toh nanti di kasih tahu jawaban yang benar"

Sama halnya dengan mempelajari hal baru, keluar dari zona nyaman kita. Pada awalnya ada kemungkinan banyak kesalahan yang dibuat - It's OK. Kemudian kita belajar dari kesalahan tersebut, latihan, dan akhirnya bisa.

Bahayanya jika sudah menjadi yang terbaik adalah kehilangan "rasa lapar" untuk belajar dan latihan meningkatkan keahliannya. Disisi lain, tuntutan menjadi yang terbaik atau kesempurnaan, cenderung membuat kita lebih stress atau gelisah. Lihat artikel lengkapnya disini:

https://www.weforum.org/agenda/2018/01/perfectionism-has-become-a-hidden-epidemic-among-young-people

Kesimpulan, apakah masih perlu menjadi yang terbaik?

Saya menemukan paradigma baru:

You don't have to be the best. The most important thing is, you get better every day - smarter every day

Eka Budiana

  • 22 Jun, 2018
  • 168Solution Public Class

Share This Story